Tragedi Maut Munich dan Kisah Persahabatan MU-Real Madrid

Penulis: Eddward S Kennedy tirto.id - 06 Feb 2019 00:00 WIB
Diperbarui 07 Feb 2019 09:26 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Tragedi maut dalam sepakbola malah menjadi awal mula persahabatan dua klub besar di Eropa.

tirto.id - Bila Anda berkunjung ke markas Manchester United di Old Trafford, Anda akan melihat sebuah jam yang terpasang kokoh di salah satu sudut tenggara stadion, namanya The Munich Clock. Jam itu menjadi semacam penjaga ingatan: dahulu, pada 6 Februari 1958, United pernah tertimpa tragedi kelam yang merenggut nyawa delapan pemain serta tiga staf mereka.

The Munich Disaster, demikian mereka menyebut peristiwa tragis tersebut, terjadi di Bandara Munich-Riem, München, Jerman. Kecelakaan terjadi ketika British European Airways (BEA) dengan nomor penerbangan 609 jatuh pada usaha ketiganya untuk lepas landas dari kubangan lumpur salju yang menyelimuti landasan. Para pemain United, yang kala itu dijuluki “Busby Babes”--merujuk kepada nama pelatih mereka dulu, Sir Matt Bubsy termasuk sosok yang ada di dalam pesawat.

Saat itu, United sedang dalam perjalanan kembali dari laga perempat final Piala Eropa musim 1957-1958 di Beograd, Yugoslavia, melawan Red Star Belgrade. Di leg pertama yang digelar di kandang, United menang 2-1. Sementara di markas Red Star, skor berakhir imbang 3-3, sehingga United pun lolos ke semifinal dengan agregat 5-4. Selain menjadi tim Inggris pertama yang lolos ke fase tersebut, keberhasilan ini juga menjadi tonggak sejarah bagi sepakbola Inggris. Sebelumnya, Federasi Sepak Bola Inggris (FA) selalu melarang tim Inggris ikut serta di turnamen tersebut.

Namun, United tidak dapat berlama-lama merayakan keberhasilan tersebut karena harus melakoni pertandingan di Liga Inggris beberapa hari berikutnya. Untuk itulah, pihak klub kemudian menyewa pesawat Airspeed Ambassador milik BEA untuk kembali ke Manchester. Selain para penggawa MU, sejumlah jurnalis dan suporter juga turut dalam rombongan. Total ada 44 orang di dalam pesawat nahas tersebut.

Tragedi kelam tersebut bermula ketika pesawat kehabisan bahan bakar dan memutuskan untuk berhenti sementara di bandara Munich-Reim, Jerman Barat, untuk mengisi bahan bakar. Usai terisi penuh, pesawat rupanya mengalami gangguan mesin. Sebelumnya sang pilot, Kapten James Thain, dan kopilot, Kenneth Rayment, sempat mencoba lepas landas sampai dua kali, tapi tetap tidak berhasil. Namun, lantaran takut terlambat jadwal dan enggan menginap di Munich, Kapten Thain memilih ambil risiko: melakukan upaya lepas landas untuk ketiga kalinya.

Pada saat upaya ketiga, salju lebat mulai turun dan lumpur mulai melapisi ujung landasan. Dan tatkala roda pesawat menggilas lumpur tersebut, tragedi sesungguhnya terjadi: pesawat itu oleng tak terarah melewati ujung landasan, sebelum kemudian menabrak pagar dan sayap pesawat membentur rumah terdekat hingga hancur.

Sebanyak 20 orang tewas seketika dalam insiden mengerikan tersebut. Mereka yang terluka sempat dibawa ke rumah sakit Rechts der Isar di Munich, namun tidak tertolong, sehingga yang selamat hanya 21 orang.

Banyak orang menyayangkan, sekaligus mengutuk, sikap Kapten Thain yang bersikukuh untuk tetap menerbangkan pesawat kendati cuaca buruk (bahkan pihak menara pengawas pun telah memperingatkan agar jangan terbang dan menginap satu malam di Munich).

Thain pun sempat dinyatakan bersalah oleh otoritas penerbangan Jerman, namun dalam investigasi lanjutan yang dilakukan pihak Inggris, kapten itu kemudian bebas dari tuduhan. Menurut pihak Inggris, salju yang mencair di landasan adalah penyebab kecelakaan tersebut. Thain sendiri meninggal pada Agustus 1975 karena penyakit jantung.

Nama-nama pemain United yang tewas: Geoff Bent, Roger Byrne, Eddie Colman, Duncan Edwards, Mark Jones, David Pegg, Tommy Taylor, Liam “Billy” Whelan. Staf: Walter Crickmer (sekretaris klub), Tom Curry (trainer), Bert Whalley (salah satu pelatih kepala).

Menjadi Awal Mula Persahabatan United - Real Madrid

Di antara tim sepakbola di Eropa, Real Madrid menjadi tim yang segera turun tangan usai mengetahui tragedi yang menimpa United. Madrid menggunakan umbul-umbul berisi nama tujuh pemain yang tewas dan tulisan "Damai bagi Para Korban" (dalam umbul-umbul tersebut, nama Duncan Edwards tidak disertakan karena kala itu ia masih dalam perawatan rumah sakit sebelum akhirnya turut meninggal).

Ekspresi solidaritas Madrid ini termaktub dalam buku karangan John Ludden berjudul "A Tale of Two Cities: Manchester and Madrid 1957-1968".

Ludden sempat menceritakan sekelumit mengenai reportasenya terkait persahabatan Madrid - United tersebut kepada Jack Pitt-Brooke, jurnalis sepakbola Independent, yang kemudian tayang dalam artikel berjudul “How Real Madrid Helped Rebuild Manchester United After The Munich Air Disaster” tahun 2013.

Dalam artikel Ludden menjelaskan, relasi antara Madrid dengan United rupanya sudah dibangun sejak semifinal Piala Eropa yang mempertemukan kedua tim pada April 1957 atau setahun sebelum tragedi Munich. Kendati Madrid kemudian menang dengan agregat 5-3, termasuk skor 2-2 di leg kedua di Old Trafford, Santiago Bernabeu, yang menjadi presiden Madrid saat itu, amat terkesan dengan semangat dan kualitas tim muda United di bawah asuhan Busby.

Bernabeu bahkan sempat menawarkan Busby pekerjaan di Madrid. Namun, bagi Busby, betapapun ia sangat ingin menang di Eropa, ia hanya ingin juara bersama United. Mendapat penolakan tersebut, Bernabeu justru makin merasa terkesan. Menurutnya, integritas Busby adalah alasan utama anak-anak muda United bermain dengan penuh semangat dan daya juang tinggi.

Syahdan, tiga bulan usai mengalami kecelakaan, United tetap harus melakoni laga semifinal Piala Eropa kontra AC Milan. Tentu saja, dengan skuat compang-camping dan kondisi mental yang sepenuhnya rusak, United harus takluk dan mimpi Busby menaklukkan Eropa harus dilebur dalam-dalam. Di laga final, Madrid berhasil mengalahkan Milan dengan skor 3-2 dan Bernabeu pun mendedikasikan kemenangan tersebut kepada United.

Tak hanya itu, Bernabeu bahkan menawarkan trofi Piala Eropa tersebut kepada United. Namun, tawaran simbolik itu kembali ditolak dengan halus. Hanya saja, Bernabeu berkeyakinan bahwa United tidak semestinya larut dalam tragedi yang menimpa mereka. Maka ia pun kembali menawarkan bantuan lain: meminjamkan Alfredo di Stefano kepada United.

"Bernabeu berbicara dengan Di Stefano tentang hal in. Dia sebenarnya bersedia dipinjamkan sampai akhir musim dengan perjanjian United membayar setengah gaji dan Madrid setengahnya lagi. Namun FA memblokir perjanjian tersebut," ujar Ludden memastikan.

Setelah segala jenis bantuan tidak berhasil, Madrid berinisiatif melakukan hal lain: membuat umbul-umbul peringatan dengan mencantumkan nama para korban tragedi Munich. Umbul-umbul yang mereka namakan "Champions of Honour" itu dijual bebas dan hasilnya nanti akan diberikan kepada United. Selain itu, Madrid juga menawarkan bantuan pengobatan korban yang terluka dan berduka untuk memulihkan diri di fasilitas mewah Madrid dengan tanpa biaya.

Bantuan lainnya: serangkaian pertandingan persahabatan kedua kesebelasan demi menggalang dana. Melihat bagaimana sikap solidaritas Madrid kepada United ketika mereka berada di titik terendah jelas merupakan sesuatu yang luar biasa. Bahkan ketika United menjadi juara Eropa pada musim 1968 setelah mengalahkan Benfica 4-1 di final di Stadion Wembley, Bernabeu juga turut mengucapkan selamat, kendati di babak semifinal mereka menyingkirkan Madrid.

Hal itu dilakukan Bernabeu karena ia tahu betul bagaimana besar tekad Busby, juga United, untuk bangkit dan menjadi juara. "Jika ada tim lain yang meraih trofi ini, saya senang tim itu adalah mereka," ujarnya.

Baca juga artikel terkait Bayern Munich atau tulisan menarik lainnya Suhendra
(tirto.id - dra/edd)

Penulis: Eddward S Kennedy
Editor: Suhendra