tirto.id - Bahar bin Smith sedang ramai dibahas akhir-akhir ini terkait beberapa kasus yang tengah menimpanya. Perdebatan mengenai marga Smith pun riuh diperbincangkan. Apa dan bagaimana sebenarnya sejarah marga Smith? Benarkah orang-orang yang menyandang marga ini masih memiliki garis keturunan dari Nabi Muhammad?
Marga Smith merupakan salah satu nama keluarga yang berasal dari Hadramaut, Yaman. Pengucapan atau penulisan marga ini bervariasi meskipun memiliki makna dan berakar sama, dari Sumaith, Sumayth, Sumayt, Sumait, Semaith, Semaid, Semit, hingga Smith.
“Pelafalan Smith ini kayaknya hanya [digunakan] di Indonesia,” sebut Prof. Ismail Fajrie Alatas, Ph.D, Assistant Professor Kajian Islam dan Timur Tengah dari New York University, kepada Tirto.id, Rabu (19/12/2018).
Dikutip dari buku Sufis and Scholars of the Sea: Family Networks in East Africa 1860-1925 (2003) karya Anne Bang, dalam silsilah Alawiyyin (sebutan bagi kaum yang memiliki pertalian dengan Nabi Muhammad), keluarga Sumayt merupakan cabang yang relatif kecil.
Orang yang pertamakali menyandang marga Sumayt atau Smith adalah Muhammad bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al- Faqih. Anna Bang dalam bukunya mengidentifikasi orang ini dengan nama Muhammad bin Ali bin Abdul Rahman bin Sumayt yang wafat pada 977 Hijriah atau antara tahun 1569-1570 Masehi.
Anna Bang juga menelusuri asal-usul Muhammad bin Ali dari nasab al-Faqih yang berakar dari Ahmad bin Isa al-Muhajir. Ahmad bin Isa al-Muhajir, meninggal dunia pada 924 Masehi, adalah keturunan Ali bin Abu Thalib dan Fatimah az-Zahra. Seperti diketahui, Fatimah merupakan putri Nabi Muhammad.
Adapun sejarah penamaan marga Smith berawal dari kisah masa kecil Muhammad bin Ali yang lahir di Tarim, Hadramaut, Yaman. Salah satu versinya menyebutkan, ketika masih anak-anak, Muhammad oleh ibunya dipakaikan sebuah kalung dari benang yang dalam tradisi Arab disebut sumayt atau sumaith, yang artinya “kalung kecil”.
Suatu kali, saat ibu dan anak itu sedang berjalan, kalung tersebut jatuh tanpa disadari. Orang-orang yang melihat kemudian berteriak-teriak memanggil mereka dengan menyerukan kata-kata sumaith. Dari sinilah panggilan Ibnu Sumaith akhirnya melekat kepada Muhammad yang nantinya juga disematkan kepada anak-cucunya dan menjadi label marga.
Keturunan Muhammad bin Ali menyebar ke berbagai wilayah di kawasan Timur Tengah, Afrika, bahkan hingga ke Nusantara. Orang-orang bermarga Smith banyak ditemui di beberapa daerah di Indonesia, dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, juga Sulawesi, termasuk Manado di Sulawesi Utara yang menjadi tempat lahir Bahar bin Smith.