Pengertian Cetak Tinggi & Cetak Saring Beserta Cara Kerja Tekniknya

Kontributor: Fatimatuzzahrotirto.id - 22 Sep 2021 22:20 WIB
Diperbarui 23 Sep 2021 07:06 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Pengertian cetak tinggi dan cetak saring di seni grafis serta penjelasan tentang cara kerja tekniknya. 

tirto.id - Seni grafis adalah salah satu jenis karya seni dua dimensi. Dalam seni grafis, karya dibuat dengan teknik cetak sehingga bisa direproduksi secara massal. Oleh karena itu, seni grafis sering dikenal pula sebagai seni cetak.

Secara etimologi, grafis berasal dari bahasa Yunani yakni graphein yang memiliki arti "menulis atau menggambar." Sementara dalam bahasa Inggris, grafis diistilahkan sebagai graph, yang bermakna "proses membuat tulisan atau gambar secara digores atau ditoreh."

Seni grafis diciptakan di atas permukaan yang disebut plat. Plat bisa dibuat dari bermacam-macam bahan, seperti papan kayu, logam, lembaran kaca akrilik, lembaran linoleum, batu litografi, hingga kain.

Kegiatan mencetak dilakukan dengan memperbanyak klise/acuan/alat cetak. Klise berisi gambar yang acuan yang ingin kita produksi massal.

Merujuk pada terbitan Kemdikbud yang berjudul Seni Budaya (2015: 168-175), seni grafis dibagi dalam empat jenis berdasarkan teknik pembuatannya yaitu cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar, dan cetak saring. Namun, kali ini yang akan kita bahas adalah cetak tinggi dan cetak saring.

Pengertian Cetak Tinggi dan Cara Kerja Tekniknya

Cetak tinggi adalah jenis karya seni grafis yang menggunakan klise dengan bagian-bagian yang menonjol. Dalam proses cetak, bagian yang menonjol itu akan menerima tinta dan menghasilkan gambar utuh.

Bagian menonjol yang terkena tinta disebut sebagai bagian positif. Sementara bagian datar disebut sebagai bagian negatif karena tidak menghantarkan tinta.

Endro Sasono dalam buku Teknik Cetak Tinggi dan Cetak Dalam (2013: 25) menulis bahwa cetak tinggi terbagi dalam 2 jenis. Pembagian itu didasarkan pada jenis bahan klise, yakni letterpress dan cetak flekso.

1. Letterpress

Klise letterpress terbuat dari bahan yang keras. Jenis ini disebut juga boekdruck yang bermakna "cetak buku." Hal ini karena di awal kemunculannya, letterpress hanya digunakan untuk mencetak buku.

Pionir letterpress adalah Johannes Gutenberg yang menemukan teknik ini pada tahun 1440. Ketika menemukannya, Gutenberg sedang mengembangkan teknik percetakan buku dengan klise huruf-huruf lepas yang terbuat dari timah.

Letterpress biasanya menggunakan klise dengan berbagai bahan, yaitu timah, cor timah, seng, tembaga, dan plastik.

Saat ini, letterpress jarang digunakan dalam proses cetak karena terbuat dari bahan klise yang mahal. Selain itu, mutu produknya terbatas.

2. Cetak flekso

Klise cetak flekso terbuat dari bahan yang lembut dan elastis. Teknik cetak flekso mampu untuk menghasilkan klise dengan tinta kental di bahan-bahan dengan berbagai tingkat penyerapan.

Klise dalam cetak flekso terbuat dari bahan polimer dan karet. Pemilihan bahan klise dalam cetak flekso tergantung pada tingkat kesulitan desain.

Desain dengan tingkat kesulitan tinggi akan lebih baik jika menggunakan bahan polimer. Hal ini karena dalam proses cetak flekso, bahan polimer melalui proses photopolymer.

Dalam proses photopolymer, bahan cetak akan ditransfer menggunakan media film atau komputer. Karena itu, gambar bisa dicetak dengan banyak detail. Sebaliknya, klise yang berbahan karet akan dibuat dengan cara tradisional, yakni dicungkil.

Teknik cetak flekso terus dipakai hingga sekarang karena menghasilkan kualitas yang bagus dan bahan klisenya tergolong murah.

Bahan yang digunakan dalam teknik cetak tinggi adalah lem kayu/karet kertas, papan, karet, dan tripleks/hardboard. Sementara peralatan yang diperlukan ialah pensil, tinta, scroll atau alat untuk meratakan warna, air, kertas, lem, gunting, pahat, pisau cutter, pahat kecil, sendok, dan pemahat atau pencungkil kayu.

Gambaran cara kerja teknik cetak tinggi adalah sebagai berikut:

  • Buat sketsa di kertas.
  • Potong karet klise sesuai dengan ukuran yang diinginkan menggunakan gunting.
  • Tempelkan sketsa pada klise menggunakan lem yang telah diberikan air.
  • Bagian yang berisi desain letakkan menghadap klise.
  • Tunggu hingga kering.
  • Jika sudah kering, basahi kertas menggunakan air.
  • Kelupas kertas yang berisi sketsa gambar dari klise.
  • Hal ini berfungsi untuk melakukan transfer gambar dari sketsa ke klise.
  • Nantinya, tinta yang ada di sketsa akan menempel di klise sebagai acuan proses mencukil.
  • Cukil bagian di sela-sela tulisan/gambar menggunakan pahat kecil, pencungkil kayu, atau cutter. Buat bagian tinggi untuk gambar yang menjadi desain dan cukil gambar yang bukan bagian dari desain.
  • Berikan tinta di atas klise menggunakan scroll.
  • Tempelkan pada kertas. Ratakan tinta menggunakan sendok.
  • Lepaskan kertas dari klise secara perlahan.
  • Cetak tinggi sudah jadi.

Pengertian Cetak Saring dan Cara Kerja Tekniknya

Cetak saring sering disebut sablon. Proses cetak saring menggunakan layar atau screen sebagai klise. Cetak saring digunakan untuk mencetak pada permukaan datar. Hasil proses cetak meliputi kaos, tas, undangan, spanduk, dan lainnya.

Sejumlah alat yang digunakan dalam cetak saring adalah sebagai berikut.

  • Screen: alat yang digunakan untuk membentuk corak gambar.
  • Raker: alat untuk menekan tinta yang terdapat di screen ke atas bahan yang disablon.
  • Meja cetak: alas untuk tempat menyablon.
  • Emulsi (obat sablon).
  • Pelapis: alat untuk menyerap tinta yang berlebihan.
  • Tinta.
  • Kipas angin.
  • Penyemprot air.
  • Hair dryer.

Gambaran cara kerja teknik cetak saring adalah sebagai berikut:

1. Proses pembuatan klise.

Proses pembuatan klise dapat dilakukan melalui tiga cara, yakni dengan membuatnya langsung pada screen, digambar secara manual di kertas putih, atau mencetak gambar yang telah dibuat di komputer.

2. Proses afdruk

Proses afdruk adalah proses pemindahan gambar klise yang awalnya berada kertas menjadi di atas screen. Tahap afdruk terdiri dari 5 proses, yakni pelapisan, pengeringan awal, penyinaran screen, pembuatan klise, dan pengeringan.

Pertama, di tahap pelapisan, emulsi dicampur sensitizer atau obat afdruk siap pakai. Selanjutnya, bahan tersebut dioleskan pada screen menggunakan pelapis. Lakukan tahap ini di ruang tertutup yang gelap.

Kedua, setelah itu, di tahap pengeringan awal, gunakan kipas angin untuk mengeringkan screen. Tetap lakukan tahap ini dalam ruang tertutup.

Ketiga, penyinaran di bawah sinar matahari. Screen yang telah kering dilapisi dengan busa hitam di bagian bawah. Sementara itu, letakkan klise di bagian atas screen. Selanjutnya, tutup dengan kaca agar klise menempel rapat pada screen. Lakukan penyinaran selama kurang dari satu menit. Jika cahaya matahari terik, screen cukup disinari selama 20 detik. Namun, jika cahaya matahari redup screen harus disinari selama 50 detik.

Keempat, pembuatan klise. Sempurnakan klise dengan menghilangkan bagian yang bukan desain menggunakan penyemprot air. Dengan begitu, screen hanya berisi desain yang diinginkan.

Kelima, pengeringan. Keringkan screen menggunakan hair dryer atau sinar matahari.

3. Proses mencetak

Proses cetak dilakukan dengan cara meletakkan screen di bawah media yang akan dicetak. Tuang warna yang diinginkan di atasnya. Ratakan dengan rakel dan proses cetak saring pun selesai.

Baca juga artikel terkaitKarya Seniatau tulisan menarik lainnyaFatimatuzzahro
(tirto.id - zhr/zhr)

Kontributor: Fatimatuzzahro
Penulis: Fatimatuzzahro
Editor: Addi M Idhom