tirto.id - Ratusan pengemudi Grab memadati kantor Gojek di Jalan Kemang Timur Nomor 21, Jakarta Selatan. Salah seorang pengemudi Yoyo (37) mengatakan bahwa tujuan mereka ke kantor Gojek untuk mendaftar sebagai pengemudi Gojek dengan membuka akun baru.
"Capek mbak, kita demo beberapa kali nggak pernah didengerin sama Grab. Nah, kebetulan kemarin Gojek nawarin boleh buka 2 akun, jadi ya kita mau coba pakai Gojek juga," ungkapnya kepada Tirto di depan Kantor Gojek, Jumat (16/11/2018).
Yoyo menceritakan bahwa kebijakan di Grab tidak menguntungkan bagi driver, khususnya tentang skema insentif yang diterima setiap hari. "Dari yang tadinya seimbang antara keuntungan Grab sama mitra, tapi lama kelamaan lebih banyak menguntungkan kantor," tuturnya.
Hal serupa juga dilakukan Muhammad Ridwan (21), ia menyampaikan bahwa perbedaan pendapatan dari pengemudi Grab jauh berbeda dengan pengemudi Gojek.
"Perbedaan insentif beda, sama harga jauh. [Pengemudi] Gojek [penghasilannya] 300 ribu, [pengemudi] Grab 150," ujarnya.
Selain itu, Ridwan mengeluhkan bahwa Grab sering mengubah aturan insentif dan nilai potongan secara sepihak.
Pengemudi Grab lainnya Armen (27) juga merasakan bahwa tarif yang ditetapkan oleh Grab tidak lagi ramah bagi pengemudi.
"Paling kelihatan itu kalau Grab Food, tarif jauh dekat cuma Rp4.000, kalau Go Food kan tetap sesuai kilometer," tuturnya.
Ketiga driver grab tersebut mengaku selama ini Grab menetapkan aturan pemotongan saldo 20% setiap mengangkut penumpang. Selain pemotongan saldo, mereka juga memberikan potongan 20% terhadap jaminan argo. Kebijakan tersebut dianggap merugikan karena pihak Grab memberlakukan kesetaraan potongan dalam perjalanan jauh maupun dekat.
"Kalau Gojek itu kita saldonya habis masih bisa narik, jadi saldo bisa minus. Beda sama Grab, saldonya kurang dari Rp10.000 kita udah ga bisa terima orderan," ungkap Armen.