Dua Transpuan Digebuki hingga Ditelanjangi di Malam Maulid Nabi

Reporter: Rio Apinino tirto.id - 22 Nov 2018 17:00 WIB

View non-AMP version at tirto.id

Keduanya dikeroyok tanpa sebab tepat pada malam peringatan Maulid Nabi dan Transgender Day of Remembrance.

tirto.id - Hari lahir Nabi Muhammad SAW, seorang yang sangat welas asih kepada sesama, tahun ini diperingati pada 20 November 2018. Pada hari yang sama, ada Transgender Day of Remembrance, atau hari peringatan para transgender yang dibunuh karena sentimen transphobia.

Ironisnya, pada hari itu nasib nahas menimpa dua transpuan. Mereka digebuki hingga ditelanjangi gerombolan tanpa sebab apa pun.

Lisa, bukan nama sebenarnya, baru sampai Komsen, Jati Asih, Bekasi, Jawa Barat, sekitar tengah malam. Ini adalah tempat dia biasa mencari uang. Di sana ada sejawatnya, Risa, juga bukan nama sebenarnya.

Keduanya sempat berbincang sebentar sampai kemudian gerombolan berbaju putih, kira-kira 60-an orang, tiba-tiba mengejar setelah sebelumnya memarkirkan motor tak jauh dari lokasi kedua transpuan mangkal.

Kejar-kejaran yang sama sekali tak seimbang itu terjadi hingga setengah kilometer. Dua transpuan itu tertangkap di depan Bank Mandiri Komsen.

"Lisa yang berperawakan feminim dibuka bajunya dan ketika dilihat ada buah dadanya, maka disuruh mengenakan baju lagi. Beda dengan Risa yang mengenakan wig dan berpenampilan maskulin dengan rambut pendek. Mereka [pelaku pengeroyokan] menelanjangi Risa dan memukul dadanya," kata Nisa, kawan korban, kepada reporter Tirto, Kamis (22/11/2018).

Pelaku pemukulan berusia tak lebih dari 20-an tahun, kata Nisa. Sebetulnya ada yang usianya lebih tua dan coba menghalangi pengeroyokan, tapi tak digubris.

Menurut Nisa, seperti dituturkan korban, para pelaku berteriak sembari menganiaya korban.

"Kamu lelaki kan, lelaki?"

"Dan temanmu itu banci?"

"Tahu enggak, kamu dosa?"

"Lisa dan Risa sambil menangis dan menyebut 'Allah... Allah...'" kata Nisa.

"Tidak ada Allah [untuk] kalian! Enggak usah sebut-sebut Allah! Kalian enggak pantas dilahirkan," demikian balas gerombolan, tak kalah kencang teriaknya.

Tak ada yang bisa menghalau gerombolan ini bertindak beringas. Lisa dan Risa pun tak bisa melawan. Terlalu timpang secara kuantitas. Rambut Lisa yang memang panjang dipotong paksa. Selain dengan tangan kosong, pelaku juga memukul korban dengan besi kira-kira 50 sentimeter.

"Kejadian ini berlangsung sekitar satu jam," kata Nisa.

Nisa menduga mereka berasal dari ormas tertentu yang baru saja memperingati Maulid Nabi, tapi dia enggan menyebut ormas apa yang dimaksud kepada reporter Tirto.

Setelah puas melampiaskan nafsunya, gerombolan kembali ke tempat mereka menaruh motor. Pergi begitu saja dan tak merasa berdosa.

Sementara Lisa dan Risa cuma bisa diam. Beberapa orang lewat menyuruh mereka langsung lapor polisi, tapi keduanya tak mau. Risa yang telanjang akhirnya berpakaian kembali setelah diberi baju oleh salah seorang pekerja Hoka Hoka Bento yang gerainya dekat dengan lokasi pengeroyokan.

Sehari setelahnya Lisa dan Risa melapor ke Polres Metro Kota Bekasi. Keduanya didampingi Nisa. Laporan diterima dengan nomor LP/2.528/K/XI/2018/SPK/Restro Bekasi Kota atas tuduhan pengeroyokan.

"Sekarang Lisa dan Risa trauma untuk keluar mencari duit. Luka lebam sekitar mata dan dada masih mereka rasakan," kata Nisa.

Selepas melapor, keduanya kemudian berobat ke RSUD Kota Bekasi.

Dikecam

Lini Zurlia dari ASEAN SOGIE Caucus, lembaga nirlaba berpusat di Manila yang fokus pada isu-isu LGBTIQ, mengecam keras tindakan brutal ini. Menurutnya aksi kekerasan terhadap transpuan harus dihentikan. Dalam kasus Jati Asih, polisi harus bertindak cepat dengan menangkap pelaku.

"Bila Kapolres Metro Bekasi tak serius menangani kasus ini, ia merepresentasikan negara berdiam diri dan ini membuktikan negara turut andil dalam pelanggaran HAM," kata Lini kepada reporter Tirto.

Lini juga meminta "Komnas HAM dan Komnas Perempuan mengawal penuntasan kasus ini."

Terakhir, Lini menyinggung kelakuan gerombolan ini sama sekali tak mencerminkan orang beragama. "Agama mana yang mengajarkan membenci hingga menyakiti sesama manusia?"

Baca juga artikel terkait Kasus Persekusi atau tulisan menarik lainnya Mufti Sholih
(tirto.id - tii/rio)

Reporter: Rio Apinino
Penulis: Rio Apinino
Editor: Mufti Sholih